METODELOGI KEPERAWATAN
Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Flu Burung
Disusun Oleh
Nur Qomariah
Laili (14021)
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM
JAKARTA
2015
Kata
Pengantar
Segala
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya
lah akhirnaya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Flu Burung”. Penyusunan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas individu
yang
diberikan dosen mata ajar Metodelogi Keperawatan
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya, namun patut kiranya kami
menghaturkan rasa terimakasih kepada para pihak yang telah membantu guna
terselesaikannya makalah ini tanpa bermaksud melupakan kepada seluruh pihak yang
telah berjasa memberikan bantuannya, kelompok ucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Rusmawati
Sitorus, S.Pd.S.Kep.MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta
dan selaku dosen mata ajar KMB 1 Pre Dan Post Operasi yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan
dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
2.
Bapak Ns. Ragil Supriono,S.kep Selaku Wali
Kelas Tingkat II Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
3.
Kedua
orangtua kami yang telah membantu moril maupun materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
4. Rekan-rekan semua angkatan ke XVI Akademi
Keperawatan Harum Jakarta.
Semoga Tuhan memberkati dan melimpahkan berkat dan
Anugerah terhadap ketulusan kebaikan mereka, dan kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kelompok mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifatnya membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
Jakarta, Desember 2015
Nur Qomariyah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................... 5
B. Tujuan...................................................................................................... 5
C. Metode..................................................................................................... 6
D. Ruang Lingkup........................................................................................ 6
E. Sistematika Penulisan.............................................................................. 6
BAB II Tinjuan teoritis
A. Definisi Penyakit Flu Burung.................................................................. 8
B. Anatomi
Fisiologi Sistem Pernafasan...................................................... 9
C. Etiologi.................................................................................................... 11
D. Klasifikasi................................................................................................ 11
E. Patofisiologi............................................................................................. 13
F. Manifestasi
Klinik.................................................................................... 15
G. Komplikasi............................................................................................... 15
H. Penatalaksanaan
Medis dan Keperawatan............................................... 17
I. Pemeriksaan
Penunjang........................................................................... 19
J. Asuhan
Keperawatan pada Pasien Flu Burung Menurut
Teori............... 20
1.
Pengkajian.......................................................................................... 20
2.
Dignosa Keperawatan........................................................................ 21
3.
Rencana Keperawatan....................................................................... 21
4.
Implemantasi...................................................................................... 28
5.
Evaluasi.............................................................................................. 29
BAB III Tinjuan Kasus
A. Pengkajian................................................................................................ 30
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 42
C. Rencana, Pelaksanan dan Evaluasi Keperawatan.................................... 42
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan.............................................................................................. 52
B. Saran........................................................................................................ 52
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit flu burung atau flu unggas
(Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang
disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah
terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos,
China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung
dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa
propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak
yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh virus new castle,
namun konfirmasi terakhir dari Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu
burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit
flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor
(4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat
(1.541.427 ekor).
Kehebohan itu bertambah ketika wabah
tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari
2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga negara Vietnam tewas akibat flu
burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat
terserang flu burung. Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr.
Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak
dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi.
Komplikasi dari penyakit flu burung
itu sendiri, dapat menyebabkan Meningitis (peradangan pada selaput menginal),
Encephalitis (suatu peradangan dari otak), Myocarditis (peradangan pada otot
jantung atau miokardium), Pneumonia (radang paru-paru) dan dapat menyebabkan
kematian.
Perawat sebagai salah
satu bagian dari profesi kesehatan turut terlibat dalam usaha pencegahan dan
penanganan kasus Avian Influenza (AI) ini. Peran perawat dimulai dari usaha
promotif, preventif , kuratif, hingga rehabilitatif.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas individu Metodelogi pada Asuhan Keperawatan dengan Flu Burung.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa/i
mampu mengetahui pengertin tentang Flu Burung.
b.
Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi fisiologi
organ respiratorik
c.
Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai etiologi
dari flu burung
d.
Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai
manifestasi klinis dari flu burung
e.
Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari
flu burung
f.
Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai
pemeriksaan penunjang dari flu burung
g.
Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi yang
mungkin terjadi dari flu burung
h.
Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dan
keperawatan pada kasus flu burung
i.
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada
pasien penderita flu burung
j.
Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dari flu
burung
k.
Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada
pasien penderita flu burung
a.
Mahasiswa/i
mampu memahami tentang ruang lingkup Asuhan Keperawatan dengan
Flu Burung.
C.
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan sistem kepustakaan yaitu
dengan membaca, mempelajari, memahami buku, dan sumber lain untuk mendapatkan hasil
materi Metodelogi yaitu tentang “Asuhan Keperawatan dengan Flu
Burung”.
D. Ruang Lingkup
Makalah ini merupakan karya tulis ilmiah, yang membahas suatu masalah
yaitu tentang “Asuhan Keperawatan dengan Flu Burung”.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah terdiri dari 3 Bab yaitu:
BAB I: Pendahuluan terdiri dari latar
belakang, tujuan umum, tujuan khusus,
metode punulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan teori terdiri dari konsep dasar dan ruang lingkup Asuhan
Keperawatan
dengan Flu Burung.
BAB III: Kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
I.
Konsep Dasar
A. Definisi Penyakit Flu Burung
Penyakit flu burung atau flu unggas
(Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung (bahas Inggris: avian influenza)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang
biasanya menjangkiti burung
dan mamalia (Rahmat Ilham, 2010).
Flu burung adalah penyakit influenza
(disebabkan oleh virus influenza tipe A) yang terdapat pada unggas dan umumnya
tidak menular pada manusia. Namun beberapa tipe diantaranya ternyata dapat
menyerang manusia khususnya virus influenza subtipe H5N1. ( Tamher,
Noorkasiani. 2008 : 6)
Penyakit flu burung atau flu unggas
(Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang
disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1. (FAO, Buku Petunjuk bagi
Paramedik Veteriner)
Jadi menurut kelompok, penyakit flu
burung itu adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A
yang ditularkan melalui unggas yang dapat menyerang makhluk
hidup (burung dan mamalia). Flu burung (avian influenza)
ini yang dapat menyerang yaitu virus influenza dengan subtipe H5N1.
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan.
1.
Anatomi Pernafasan
a.
Hidung
Terdapat bagian eksternal dan
internal. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan
menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum. Rongga hidung dilapisi membran mukosa yang banyak mengandung
vaskular disebut mukosa hidung. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara
yang mengalir ke dan dari paru-paru sebagai penyaring kotoran, melembabkan
serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.
b.
Faring
Faring atau tenggorok adalah
struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif.
c.
Laring
Laring adalah struktur epitel
kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah
untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas
bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d.
Trakea
Merupakan pipa
silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf
C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel
pada dinding depan esofagus.
e.
Bronkus
Merupakan
percabangan trakea kanan dan kiri,
menghubungkan paru-paru dengan trakea. Terdiri dari lempengan tulang rawan dan
dindingnya terdiri dari otot halus.
e.
Paru – Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga
thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu
lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu
lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus
alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk
tempat pertukaran gas.
2.
Fisiologi Pernafasan
Pernapasan merupakan pengambilan
oksigen dari udara bebas melalui hidung, oksigen masuk melalui trakea sampai ke
alveoli. Kemudian terjadi difusi oksigen dari alveolus ke kapiler arteri
paru-paru yang terletak di dinding alveolus, disebabkan karena adanya perbedaan
tekanan parsial di alveolus dan paru-paru. Kemudian, oksigen di kapiler arteri
akan diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin lalu dibawa ke jantung
dan dipompakan ke seluruh tubuh.
C. Etiologi.
Penyebab flu burung adalah virus
influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus
influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat
menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya
terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada
binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat
bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada
0°C. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56° C selama 3
jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang
mengandung iodine.
D. Klasifikasi
Penderita H5N1 dapat dibagi dalam 4
kategori sesuai beratnya penyakit (MOPH Thailand, 2005)
Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV: Pasien
dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ
Failure (MOF).
Ada banyak sub tipe dari virus flu
ini :
a.
Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak
ditemukan di babi sebagai vektor utamanya. Di kemudian hari, virus tipe ini
lebih dikenal sebagai penyebab flu babi. Berbeda dengan penyebab flu unggas,
sub tipe ini justru lebih efektif ditularkan lewat manusia. Dalam setiap bersin
pasien flu babi, setidaknya terkandung 100.000 virus H1N1. Untungnya, daya
bunuh H1N1 hanya 1/12 dari flu burung. Flu babi hanya memiliki kemungkinan
fatal sebesar 6%, jauh di bawah angka 80 persen mili flu unggas.
b.
H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub
tipe ini merupakan subtipe dari virus influenza A yang juga disebut virus flu
burung. Oleh para ahli, virus ini dinyatakan sebagai virus pandemik pada
manusia dan hewan, khususnya babi.
c.
H2N2 adalah sub tipe yang lainnya.
Virus H2N2 ini sudah termutasi menjadi banyak sekali variasi virus flu ini.
Salah satu bentuk mutasi dari H2N2 adalah H3N2 dan banyak lagi subtipe virus
flu lainnya yang sering ditemukan pada unggas. Virus model ini dicurigai
sebagai penyebab pandemik pada manusia di tahun 1889.
d.
H2N3. Berdasarkan struktur
penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins sebagai “casing”nya,
hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada umumnya, virus ini dapat
menginfeksi manusia dan unggas.
e.
Sub tipe virus Avian Influenza yang
paling berbahaya. Dikenal sebagai penyebab utama flu unggas. H5N1 adalah virus
yang sangat berbahaya. Berdasarkan penelitian para ahli, pasien yang
terjangkiti virus H5N1 hanya memiliki kemungkinan sembuh kurang dari 20%.
Meskipun hanya ditularkan lewat unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif.
Daya bunuhnya 12 kali lebih dahsyat dibanding sub tipe virus avian
influenza yang lain. Virus ini merupakan jenis
virus yang bersifat epizootik atau bersifat epidemik untuk golongan di luar
manusia dan juga bersifat panzootik yang mampu mempengaruhi beragam spesies
hewan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini sudah “sukses” membunuh
setidaknya 10 juta unggas di seluruh dunia serta menginfeksi ratusan
juta lainnya.
Pada bulan Desember tahun 2009,
badan kesehatan dunia, WHO mengumumkan bahwa setidaknya terjadi 447 kasus flu
yang terjadi pada manusia dan tingkat kematian pada periode ini sangat tinggi,
lebih dari 50% dengan angka kematian mencapai 267 orang.
f.
Sub tipe lain yang dianggap patogenik
untuk manusia adalah H7N3, H7N7 dan H9N2. Ketiga jenis ini dianggap sebagai
virus avian influenza yang memiliki daya rusak tingga hingga dapat membunuh
pengidapnya. Menurut update terbaru dari FAO, virus-virus ini secara perlahan
tapi pasti memperkuat kemampuan merusak mereka. Untuk virus H7N7 sendiri bisa
menginfeksi manusia, burung, babi, anjing laut serta kuda. Pada
uji laboratorium, virus ini bisa mengifeksi tikus
yang digunakan dalan percobaan. Virus H9N2 merupakan jenis virus yang menginfeksi
bebek. Pada perkembangannya, virus ini juga menginfeksi manusia. Pada Desember
2009, ditemukan kasus anak-anak terinfeksi H9N2 di Hongkong.
E. Patofisiologi.
Flu burung bisa menular ke manusia
bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu
burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas yang
terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian
mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh
manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari
unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran
dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat
daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar
dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut
bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui
saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung,
misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui
kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan
(termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian,
termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit
dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.
Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.Dalam
hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada
dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang
telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke orang
yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1
menit.
Kemampuan virus flu burung adalah
membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh diri" dalam sistem
imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak pula
produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas
dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah
karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh
diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir
separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem
kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.
Masa Inkubasi
a.
Pada Unggas : 1 minggu
b.
Pada Manusia : 1-3 hari , Masa
infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai
21 hari .
Penularan
Flu burung
menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur,
lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang
tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung/unggas yang
menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika
terjadi kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya:
pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
Penyebaran
Mekanisme penyerangan
virus flu burung pada unggas dan ruminansia hampir sama. Virus memiliki inti
virus yang di dalamnya mengandung asam inti yang dapat memproduksi protein.
Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti yang dimiliki oleh virus mempunyai
variasi jenis virus. Semakin banyak protein yang dihasilkan berarti semakin
banyak pula variasi jenis virusnya. Virus pertama kali akan menyerang selaput
lendir dengan menempel menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat pada
dinding luar (envelope).Pada saat menempel, virus merusak dinding
pelindung selaput lendir dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus yang
dimasukkan ini akan merubah susunan protein yang dibentuk selaput lendir
sehingga terjadi perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang telah
terkontaminasi inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ
melalui darah. Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh
maka saat itu juga virus mulai menyebar.
F. Manifestasi Klinik.
Gejala pada unggas yang sakit cukup
bervariasi, mulai dari gejala ringan (nyaris tanpa gejala), sampai sangat
berat. Hal ini tergantung dari keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas
sendiri. Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak,
sekitar mata bengkak, demam, diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan
pernafasan berupa batuk dan bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan reproduksi
berupa penurunan produksi telur. Gangguan sistem saraf dalam bentuk
depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat terjadi
24 jam setelah timbul gejala. Pada kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2
sampai 3 hari.
2.
Tanda dan Gejala pada manusia
Gejala flu burung pada dasarnya
adalah sama dengan flu biasa lainnya, hanya cenderung lebih sering dan cepat
menjadi parah. Masa inkubasi antara mulai tertular dan timbul gejala adalah
sekitar 3 hari; sementara itu masa infeksius pada manusia adalah 1 hari
sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu > 38oC,
demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, sampai
infeksi selaput mata ( conjunctivitis ). Bila keadaan
memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang
ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta
meningkatnya kadar CO.
G. Komplikasi.
1.
Meningitis (aseptic meningitis,
meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi
pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf
tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri
ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan
otak.
2.
Encephalitis
( bulbar )
Encephalitis adalah suatu peradangan
dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan disebabkan
oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh
virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang
menyebabkan peradangan dari otak.
3.
Myocarditis
(Coxsackie Virus Carditis) atau Pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada
otot jantung atau miokardium, pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit
infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan
efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman
infeksius dapat melalui mekanisme dasar, yaitu:
a.
Invasi langsung ke miokard.
b.
Proses immunologis terhadap miokard.
c.
Mengeluarkan toksin yang merusak
miokardium.
d.
Paralisis akut flaksid.
e.
Pneumonia ( peradangan paru )
Penyakit pada paru-paru dengan
kondisi pulmonary alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang
dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite).
Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera
jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.
f.
Kematian
Terjadi jika mengalami gagal nafas
akut.
H. Penatalaksanaan Medis dan
Keperawatan.
Prinsip penatalaksanaan avian
influenza adalah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan
antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti inflamasi,
imunomodulators.
Untuk penatalaksanaan umum dapat
dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit
rujukan flu burung.
1.
Untuk pelayanan di fasilitas
kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah :
a.
Pasien suspek flu burung langsung
diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu
dirujuk ke RS rujukan flu burung.
b.
Untuk puskesmas yang terpencil
pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara
pada puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan.
Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil
pertemuan workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium regional
Avian Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006.
2.
Pelayanan
di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan
konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
a.
Petugas triase memakai APD, kemudian
segera mengirim pasien ke ruang pemeriksaan.
b.
Petugas yang masuk ke ruang
pemeriksaan tetap mengunakan APD dan
melakukan kewaspadaan standar.
c.
Melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik.
d.
Setelah pemeriksaan awal,
pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI
diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang.
e.
Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari
pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
f.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada
hari pertama dan diulang setiap lima hari.
g.
Penatalaksanaan di ruang rawat inap.
3.
Keperawatan
a.
Perhatikan :
1)
Keadaan umum.
2)
Kesadaran.
3)
Tanda vital (tekanan darah, nadi,
frekuensi napas, suhu).
4)
Bila fasilitas tersedia, pantau
saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
b.
Terapi suportif : terapi oksigen,
terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral
sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan
obat :
1)
Penghambat M2 : Amantadin
(symadine), Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB
selama 3-5 hari.
2)
Penghambatan neuramidase (WHO) :
Zanamivir (relenza), Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1
minggu.
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai
berikut :
a.
Pada kasus suspek flu burung
diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada
indikasi.
b. Pada kasus
probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotic
spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu
seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai
indikasi.
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi,
digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari
(hingga 6 minggu).
4. Pengobatan
Pengobatan
bagi penderita flu burung adalah:
a) Oksigenasi
bila terdapat sesak napas.
b) Hidrasi
dengan pemberian cairan parenteral (infus).
c) Pemberian
obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
d) Anti
replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir.
e) Amantadin
diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam
pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg
BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat
badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2
kali sehari.
I. Pemeriksaan Penunjang.
1.
Pemeriksaan
Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan
gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan
pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan
dengan :
a.
Uji RT-PCR (Reverse Transcription
Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
b.
Biakan dan identifikasi virus
Influenza A subtipe H5N1.
c.
Uji Serologi :
1)
Peningkatan >4 kali lipat titer
antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer
antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
2)
Titer antibodi mikronetralisasi H5N1
>1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan
(onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI
sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
3)
Uji penapisan
a)
Rapid test untuk mendeteksi
Influensa A.
b)
ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2.
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit,
hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan leukopeni,
limfositopeni dan trombositopeni.
3.
Pemeriksaan
Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT,
Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT,
peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah
dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan
penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4.
Pemeriksaan
Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan
Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di
paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain yang
dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu
burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
5.
Pemeriksaan
Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum
diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem
dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan
patologi anatomi dan PCR.
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Asuhan Keperawatan pada Pasien Flu
Burung.
1. Pengkajian.
Pengkajian mencakup data yang
dikumpulkan melalui wawancara, keluhan utama, pengumpulan riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a.
Identitas /biodata klien
Meliputi nama lengkap, tempat
tanggal lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan orangtua, dan
penghasilan.
b.
Keluhan utama
Panas tinggi > 38ºc lebih dari 3
hari, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan
c.
Riwayat penyakit sekarang
1)
Suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang,/tidak ada.
2)
Infeksi paru.
3)
Batuk dan pilek.
4)
Infeksi selaput mata.
d.
Pemeriksaan Fisik.
1)
Kulit : Tidak terjadi infeksi pada
sistem integumen.
2)
Mata : orang yang terkena flu burung
sklera merah, adanya nyeri tekan, infeksi selaput mata.
3)
Mulut dan Lidah : Lidah kotor,
mulutnya kurang bersih, mukosa bibir kering.
e.
Pemeriksaaan penunjang : pemeriksaan
laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa yang tepat, sehingga
dapat memberikan terapi yang tepat pula, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada
orang yang mengalami flu burung, yaitu pemeriksaan laboratorium dilakukan
dengan pemeriksaaan darah.
2. Diagnosa Keperawatan.
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal,
sekresi kental akibat influenza.
b.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
c.
Ketidakseimbanngan nutrisi : kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan anorexia.
d.
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada.
e.
Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.
3. Rencana Keperawatan.
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal,
sekresi kental akibat influenza.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam,
diharapkan jalan napas kembali efektif.
Kriteria
hasil :
1)
Mempertahankan kepatenan jalan nafas
dengan bunyi nafas kembali normal.
2)
Mengeluarkan atau membersihkan
secret secara mandiri dengan batuk efektif.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Auskultasi bunyi napas. Catat
adanya bunyi napas, misal crackles/rales,
ronkhi, wheezing.
|
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas
adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup
dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
|
2.
|
Kaji/pantau
frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
|
Takipnea
biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
|
3.
|
Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan
“lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
|
Disfungsi
pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain
proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi
alergi.
|
4.
|
Kaji pasien untuk posisi yang
nyaman.
|
Posisi yang nyaman mempermudah fungsi pernafasan. Namun,
pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk
bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu
menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
|
5.
|
Pertahankan
polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan
dengan kondisi individu.
|
Pencetus
tipe reaksi alergi pernapasan.
|
6.
|
Dorong/bantu melatihan napas dalam.
|
Memberikan
pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea.
|
b. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh
sekresi).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pertukaran
gas kembali normal.
Kriteria
hasil :
1) Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan AGD dalam rentang normal
(PCO2 : 35-45 mmHG, PO2 : 80-100 mmHG) dan tak ada gejala distres pernapasan.
2) Berpartisipasi
pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
S Kaji frekuensi, kedalaman
pernapasan. Catat penggunaan otot bantu.
|
Berguna dalam evaluasi derajat distres
pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
|
2.
|
Tinggikan
kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu.
|
Pengiriman
oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk
menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
|
3.
|
Kaji/awasi secara rutin kulit dan
warna membran mukosa.
|
Sianosis perifer (terlihat pada
kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan
dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
|
4.
|
Dorong
mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
|
Kental,
tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
|
5.
|
Awasi tingkat
kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
|
Gelisah
dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. AGD memburuk disertai
bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan
hipoksemia.
|
c.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dan anorexia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perubahan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
1)
Menunjukkan peningkatan napsu makan.
2)
Mempertahankan/meningkatkan berat
badan pasien.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
S Kaji kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
|
Pasien
distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan
obat.
|
2.
|
Mengauskultasi
bising usus.
|
Penurunan/hipoaktif
bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi
umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan
buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
|
3.
|
Berikan
perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
dan tisu.
|
Rasa tak
enak, bau dan penampilan adalah pencetus utama terhadap nafsu makan dan dapat
membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
|
4.
|
Dorong periode istirahat semalam 1
jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
|
Membantu
menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk
meningkatkan masukan kalori total.
|
5.
|
Hindari
makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
|
Dapat
menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan
diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
|
6.
|
Hindari makanan yang sangat pedas
atau sangat dingin.
|
Suhu
ekstrim dapat mencetuskan/ meningkatkan spasme batuk.
|
7.
|
Timbang
berat badan sesuai indikasi.
|
Berguna untuk menentukan kebutuhan
kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana
nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun masukan
adekuat sesuai teratasinya edema.
|
d.
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi dada.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas
pasien kembali normal.
Kriteria hasil :
1)
Pola nafas klien kembali normal
(vesikuler).
2)
Klien tidak menggunakan otot bantu
lagi saat bernafas.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
S Pantau pemasukan/ pengeluaran.
Hitung keseimbangan cairan, catat kehilangan tak kasat mata. Timbang berat
badan sesuai indikasi.
|
Evaluator langsung status cairan. Peubahan tiba-tiba
pada berat badan dicurigai kehilangan/ retensi cairan.
|
2.
|
Evaluasi turgor kulit, kelembaban membran mukosa,
adanya edema dependen/ umum.
|
Indikator langsung status cairan/ perbaikan
ketidakseimbangan.
|
3.
|
Pantau
tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi, pernafasan). Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya krekels.
|
Kekurangan
cairan mungkin dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi, karena jantung
mencoba untuk mempertahankan curah jantung. Kelebihan cairan/ terjadinya
gagal mungkin dimanifestasikan oleh hipertesi, takikardi, takipnea, krekels,
distres pernapasan.
|
4.
|
Kaji ulang
kebutuhan cairan. Buat jadwal 24 jam dan rute yang digunakan. Pastikan
minuman/ makanan yang disukai pasien.
|
Tergantung
pada situasi, cairan dibatasi atau diberikan terus. Pemberian informasi
melibatkan pasien pada pembuatan jadwal dengan kesukaan individu dan
meningkatkan rasa terkontrol dan kerjasama dalam program.
|
5.
|
Hilangkan
tanda bahaya dan ketahui dari lingkungan.
Berikan kebersihan mulut yang sering.
|
Dapat
menurunkan rangsang muntah.
|
6.
|
Anjurkan pasien untuk minum dan
makan dengan perlahan sesuai indikasi.
|
Dapat
menurunkan terjadinya muntah bila mual.
|
7.
|
Kolaborasi
:
-
Berikan cairan IV melalui alat kontrol.
|
Cairan dapat dibutuhkan untuk
mencegah dehidrasi, meskipun pembatasan cairan mungkin diperlukan bila pasien
GJK.
|
8.
|
Pemberian
antiemetik, contoh proklorperazin maleat (compazine), trimetobenzamid
(tigan), sesuai indikasi.
|
Dapat membantu
menurunkan mual/ muntah (bekerja pada sentral, daripada di gaster)
meningkatkan pemasukan cairan/ makanan.
|
9.
|
Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh Hb/Ht, BUN/ kreatinin,
protein plasma, elektrolit.
|
Mengevaluasi
status hidrasi, fungsi ginjal dan penyebab/ efek ketidakseimbangan.
|
e.
Hipertermi berhubungan dengan proses
inflamasi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) kembali normal.
Kriteria hasil :
1)
Suhu tubuh klien kembali normal
(36°C)
2)
Secara verbal klien mengatakan
penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
S Kaji TTV klien (TD, S, N, RR).
|
Untuk mengtahui keadaan umum klien.
|
2.
|
Berikan kompres air hangat pada dahi klien.
|
Membantu manurunkan panas
tubuh.
|
3.
|
Anjurkan
klien untuk minum air 1200 ml/hari.
|
Membantu
mengurangi cairan pada saat panas.
|
4.
|
Anjurkan
kepada keluarga klien, untuk menganjurkan kepada klien menggunakan pakaian
tipis.
|
Mengurangi
rasa panas pada tubuh.
|
5.
|
Kolaborasi
; dengan dokter dalam pemberian terapi obat yang digunakan.
|
Membantu menurunkan rasa sakit.
|
6.
|
Pemeriksaan laboratorium.
|
Memonitor
jumlah leukosit selama dilakukan tindakan.
|
4. Implementasi.
Implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kreteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter &
Perry, 1997). Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi sebagai berikut :
a.
Berdasarkan respon klien;
b.
Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil
penelitian keperawatan, standar pelayanan operasional, hukum dan kode etik
keperawatan;
c.
Berdasarkan penggunaan sumber-sumber
yang tersedia;
d.
Sesuai dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat profesi keperawatan;
e.
Mengerti dengan jelas
pesanan-pesanan yang ada dalam perencanaan keperawatan;
f.
Harus dapat menciptakan adaptasi
dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk
merawat diri sendiri (Self care);
g.
Menekankan pada aspek pencegahan dan
upaya peningkatan status kesehatan;
h.
Dapat menjaga rasa aman, harga diri
dan melindungi klien;
i.
Memberikan pendidikan, dukungan dan
bantuan;
j.
Bersifat holistik;
k.
Kerjasama dengan profesi lain;
l.
Melakukan dokumentasi.
5. Evaluasi.
Menurut Craven Hirnle (2000).
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektivitas asuhan keperawatan
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon
perilaku klien yang tampil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi
meliputi :
a.
Masalah teratasi; jika klien
menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kreteria hasil yang telah
ditetapkan;
b.
Masalah sebagian teratasi; jika
klien menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan
dan kreteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah ataau
diagnosa keperawatan baru.
BAB
III
TINJUAN
KASUS
A.
Pengkajian
Masuk 01 Desember 2015 pukul 14.10 WIB
ke Anggrek kamar 304.
Tanggal pengkajian 02 Desember 2015
pukul 09.00 WIB.
1. Identitas
klien
Klien bernama Tn. R
berusia 30 tahun dengan suku bangsa Sunda, agama Islam, pendidikan terakhir
sekolah menengah atas, pekerjaan penujual ayam dipasar, status perkawinan sudah
menikah 1 kali selama 3 tahun dengan Ny. E berusia 29 tahun suku bangsa Sunda,
agama Islam, pendidikan terakhir sekolah menengah atas, pekerjaan Ibu Rumah
tangga dan bertempat tinggal di Jln. Marunda nomor 14 RT 024 RW 07 Kecamatan
Cilincing Jakarta Utara. Sumbe biaya klien adalah BPJS, sumber informasi
didapat dari klien dan keluarga
2. Resume
Tn. R (30 tahun) datang
ke Rumah Sakit X pada tanggal 01
Desember 2015 pukul 14.10 WIB atas rujukan dari puskesmas Cilincing dengan
riwayat sesak nafas. Saat dibawa ke UGD rumah sakit X Tn. R mengeluh Panas tinggi
tinggi saat dirumah 38˚C lebih dari 3 hari yang lalu, klien mengatakan pilek,
klien mengatakan batuk, klien mengatakan sesak napas, klien mengatakan sakit
kepala, klien mengatakan nyeri otot, klien mengatakan sakit tenggorokan, klien
mengatakan sakit saat menelan, klien mengatakan jadi tidak nafsu makan, klien
mengatakan tidur malamnya terganggu karena batuk, klien mengatakan dibelakang
rumah nya terdapat kandang ayam, klien terkadang batuk dengan mengeluarkan sedikit
sekret berwarna kuning dengan konsitensi kental. Tanda–tanda
vital: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu
380C. berat badan klien saat iniHasil laboratorium tanggal 01
Desember 2015 jam 16.33 WIB yaitu leukosit 19,60 10ˆ3/µl, klien mendapatkan
obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam dan
Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat
20 tetes/menit. Setelah dievaluasi 3 masalah keperawatan belum teratasi.
3.
Riwayat
keperawatan
a. Riwayat
Kesehatan Sekarang
Keluhan utama yang dirasakan klien
mengatakan badannya terasa panas lebih dari 3 hari yang lalu, pilek,
batuk, sesak napas, sakit kepala, dan nyeri otot, factor pencetus awalnya
banyak ayam yang mati dibelakang rumahnya, timbulnya keluhannya mendadak
lamanya 3 hai yang lalu, upanya mengatasinya adalah meminum obat warung
(parasatamol) dan dating ke Puskesmas X
b.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien pernah masuk kerumah sakit yang sama karana
jatuh dari motor kurang lebih 3 tahun yang lalu, klien tidak ada alergi obat
c.
Riwayat Kesehatan keluarga (Genogram
dan Keterangan)
Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= garis perkawinan
= garis perceraian
= tinggal satu rumah
= meninggal
=
pasien
d.
Penyakit
yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Klien
mengatakan bahwa ayah klien pernah menderita stoke sebelum akhirnya meninggal
e. Riwayat
Psikososial dan Spiritual
Klien
mengatakan orang terdekat adalah istri dan anak-anak, interaksi dalam keluarga
baik dan pengembilan keputusan dalam keluarga adalah klien sendiri, dampak
penyakit klien terhadap keluarga yaitu keluarga beserta istrinya terlihat cemas
dengan keadaan salah satu anggota keluarga yang sedang sakit. Masalah yang
mempengaruhi klien adalah klien tidak dapat melakukan aktifitas seperti
biasanya. Mekanisme kopling terhadap masalah yang dialami klien yaitu
diselesainya secara bersama-sama dengan angkota keluarga, klien ingin segera
pulang dan dapat melakukan aktifitas seperti biasanya, dan harapan klien
setelah dilakukan perawatan ingin cepat sembuh dan penyakitnya tidak muncul
kembali, perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit adalah sulit
beraktifitas. klien tidak mempunyai nilai-nilai yang bertentangan dengan
kesehatannya. Aktifitas keagamaan/kepercayaan yang dilakukan klien adalah
sholat lima waktu. kondisi lingkungan rumah klien berada di daerah marunda kan
di belakang rumah klien terdapat perternakan unggas (ayam)
f. Pola
Kebiasaan Sehari-hari sebelum sakit
1) Pola
Nutrisi
Frekuensi
makan klien 3 kali sehari dengan jenis makanan:nasi, lauk pauk, sayur dan buah,
nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, klien mengatakan tidak alergi makanan
dan tidak ada pantangan makanan. kebiasaan klien sebelum makan adalah dan
berdoa.
2) Pola
Eliminasi
Klien
buang air besar 2 kali sehari dengan karakteristik setengah padat, tidak pernah
terjadi defekasi, tidak ada keluhan buang air besar dan tidak ada hemoroid,
klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat pencahar. Frekuensi buang air
kecil 5-6 kali/hari, karakteristik urin kuning, tidak ada keluhan buang air
kecil.
3) Pola
Personal Hygiene
Kebiasaan
klien mandi 3 kali sehari dengan menggunakan sabun, oral hygiene 2 kali sehari
waktunya pagi dan sore hari, mencuci rambut 3 kali seminggu dengan menggunakan
shampoo pada pagi hari.
4) Pola
Aktifitas/Istirahat Dan Tidur
Klien
bekerja sebagai wirausahawan, waktu kerja klien adalah pagi hingga sore, klien
mengatakan jarang tidur siang, tidak ada keluhan/masalah saat tidur. Klien
jarang berolaraga.
5) Pola
Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Klien
pernah merokok namun berhenti sejak 1 tahun yang lalu, tidak minum minuman
keras dan tidak ketergantungan obat.
g. Pola
Kebiasaan di Rumah Sakit
1) Pola
Nutrisi
Frekwensi
makan klien selama dirumah sakit 2 kali sehari, nafsu makan klien tidak baik karena
merasa sakit saat menelan dan mual, dan diet klien dirumah sakit TKTP 1900
kalori.
2) Pola
Eliminasi
Klien
buang air besar 1 kali sehari dengan karakteristik setengah padat, tidak pernah
terjadi defekasi, tidak ada keluhan buang air besar dan tidak ada hemoroid,
klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat pencahar. Frekuensi buang air
kecil 4-5 kali/hari, karakteristik urin kuning, tidak ada keluhan buang air
kecil, dan tidak ada penggunaan alat bantu kateter.
3) Pola
Personal Hygene
Klien
mandi 1 kali sehari dengan menggunakan sabun dirumah sakit, oral hygiene 2 kali
sehari waktunya pagi dan sore hari, belum melakukan cuci rambut dirumah sakit
4) Pola
istirahat dan tidur
klien
selama dirumah sakit sekitar 3 jam sehari, klien tidur siang sekitar 4 jam. Kebiasan
klien sebelum tidur adalah berdoa
5) Pola
aktivitas dan Latihan
Selama
dirumah sakit klien tidak bekerja, tidak melakukan olahraga, klien mengatakan
sesak saat beraktifitas dan terkadang sesak saat tidur.
6) Kebiasaan
yang Memepengaruhi Kesehatan
Selama
ditumah sakit klien tidak merokok, dan tidak meminum minuman keras
4. Pengkajian
Fisik
a.
Pengkajian
Fisik Umum
Berat badan saat ini
adalah 52kg dan beratadan klien sebelum sakit adalah 56 kg, tinggi badan klien
165 cm, keadaan umum klien sedang, klien tidak ada emmbesaran pada kelenjar
getah bening.
b. Sistem
Pengelihatan
Posisi mata klien terlihat simetris, kelopak mata
klien normal, pergerakan bola mata klien normal, konjung tiva klie terlihat
anemis, kornea mata klien terlihat normal, skera klien ikterik, pupil klien
terlihat isokor, otot-otot mata klien terlihat tidak ada kelainan, fungsi
peengelihatan klien baik, tidak ada tanda-tanda radang pada mata klien, klien
tidak menggunakan kaca mata dan tidak mengunakan kontak lensa, dan reaksi
terhadap cahaya baik dan normal
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga klien terlihat normal, tidak ada
karakteristik serum pada telinga klien, kondisi telinga tengah klien terlihat
normal, tidak ada cairan dari telinga klien, tidak ada perasaan penuh pada
telinga klien, tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran klien normal, tidak ada
gangguan keseimbangan, klien tidak mengunakan alat bantu pendengaran.
d. System Wicara
Tidak ada gangguan pada system wicara klien
e. Sistem Pernafasan
Pada jalan nafas klien ada sumbatan berapa sputum,
klien mengatakan sesak saat bernafas, klien menggunakan otot bantu pernafasan,
frekuensi nafas klien 28x permenit, irama nafas klien tidak teratur, jenis
pernafasan klien ronkhi, kedalamaan nafas klien dangkal, klien batuk produktif,
sputum klien berwarna hijau, dengan kkonsistensi kental, tidak terdapat darah
pada sputum klien, saat palpasi terdapat nyeri tekan, suara nafas klien ronkhi,
klien mengatakan terdapat nyeri saat bernafas, klien menggunakan alat bantu
nefas beruapa O2 2 liter.
f. Sistem Karndiovaskuler
1) Sirkulasi Peripher
Nadi klien 86 x permenit dengan irama tidak teratur,
denyutan lemah, tekanan darah klien 130\90 mmHg, distensi vena jugularis kanan
tidak ada dan kiri juga tidak ada, temperature kulit klien hangat, warna kulit
klien pucat, pengisian kapiler 3 detik, tidak ada edema.
2) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apical klien 84x perrmenit,
iramanya teratur, tidak ada klienan bunyi jantung, tidak ada sakit pada dada
klien.
g. Sistem Hematologi
Tidak ada gangguan pada hematologi, klien terlihat
pucat, dan tidak ada pendarahan.
h. System Saraf Pusat
Klien mengatakan sakit pada kepalanya, tingkat
kesadaran klien compos metis, Glasgow coma scale (GSC) klien Eyes 4, motoric 5
dan verbal 6, tanda-tanda peningkatan TIK pada klien tidak, tidak ada gangguan
system persyarafan, pemeriksaan reflek fisiologi klien normal, reflek patologis
tidak ada.
i.
System
Pencernaan
Keadaan umum klien tidak ada caries pada gigi, tidak
ada penggunanaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien terlihat kotor,
salifa klien normal, klien muntah sekali saat dirumah, muntahnya berisi cairan,
klien mengatakan tidak ada nyeri pada daerah perut, bising usus 12 x permenit,
klien tidak ada diare, klien juga mengatakan tidak da konstipasi, hepar kiln
tidak teraba, keadaan abdomen klien lembek.
j.
System
Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
nafas yang berbau keton, tidak ada luka ganggren.
k. System Urogenital
Balance cairan klien dengan intake 2000ml dan output
ml, tidak ada perubahan pola perkemihan klien, warna urine klien kuning jernih,
ada distensi atau ketegangan kandung kemih, klien tidak ada keluhan sakit pada
pinggang, dan tidak ada nyeri pada system perkemihannya.
l.
System
Integumen
Turgor kulit klien elastis, temperature kulit klien
teraba hangat, warna kulit klien terlihat pucat, keadaan kulit klien terlihat
baik dan tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada kulit klien, kondisi kulit
didaerah pemasangan infus terlihat baik, keadaan tekstur rambut klien baik,
kebersihannya baik.
m. System Muskuloskeletal
Klien mengatakan tidak ada kesulitan saat bergerak,
klien mengatakan tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit, klien tidak
mengalami fraktur, klien tidak ada kelainan bentuk pad tulang belakang, keadaan
tonus otot klien baik, kekuatan tonus otot klien 5555 5555 5555 5555
Data Tambahan
Klien mengatakan
tidak tahu tentang penyakit yang diderita saat ini
5. Data
Penunjang
INDIKATOR
|
RENTANG NORMAL
|
HASIL
|
INTEPRETASI
|
Hemoglobin
|
14 – 18 gr%
|
16,5 gr/dL
|
Normal
|
Hematokrit
|
40 – 48%
|
40,1 %
|
Normal
|
Leukosit
|
4700 – 10300 µ/l
|
10.250 mg/dl
|
Normal
|
Trombosit
|
150.000 – 450.000
|
366.000 mg/dl
|
Nornal
|
Erytrosit
|
4 – 5,5 jt µ/l
|
5.380.000 mg/dL
|
Normal
|
Urea
|
15 – 45 mg/dl
|
43 mg/dl
|
Normal
|
Creatinin
|
0,6 – 1,3 mg/dl
|
5,1 mg/dl
|
Tinggi
|
SGOT
|
10 – 50 µ/l
|
53,1 µ/l
|
Normal
|
SGPT
|
10 – 50 µ/l
|
55 µ/l
|
Tinggi
|
Albumin
|
3,5 – 5,2 g/dl
|
2 g.dl
|
Rendah
|
6. Penatalaksaan
(therapy/pengobatan/diet)
Klien mendapatkan obat terapi
Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam
dan Imunisasi aktif : Vaccine,
0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat 20 tetes/menit, Ranitidin 2x 10gr, Flexatide
atrovent 3x1 dan Paracetamol 3x1 tab, inhalasi dengan obat combivent 2,5 mg,
diet yang didapat klien TKTP 1900 kalori.
7.
Data
Fokus
a.
Data Subyektif
Klien
mengatakan sesak, klien mengatakan panas tinggi saat dirumah 39˚C lebih
dari 3 hari yang lalu, klien mengatakan pilek, klien mengatakan batuk, klien
mengatakan sesak napas, klien mengatakan sakit kepala, klien mengatakan nyeri
pada otot dan sendi, klien mengatakan sakit tenggorokan, klien mengatakan sakit
saat menelan, klien mengatakan jadi tidak nafsu makan, klien mengatakan tidur
malamnya terganggu karena batuk, klien mengatakan dibelakang rumah nya terdapat
kandang ayam, klien mengatakan berat badannya turun, klien sputumnya berwarna
hijau, klien mengatakan pusing, klien mengatakan lemas, klien mengatakan nyeri
otot nya seperti ditusuk-tusuk, Nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk pada kaki kiri dan
kanan, nyeri menjalar dari lutut sampai ujung kaki. Skala nyeri 2 dan dirasakan
hilang timbul dengan durasi 5 menit, klien mengatakan sakit tenggrokan
saat batuk, klien mengatakan panasnya sekitar 3hari, klien mengatakan hanya
menghabiskan ½ porsi makanan dirumah sakit, klien mangatakan
b. Data Obyektif
Klien
terlihat sesak nafas, klien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan, klien
terlihat memegangi dadanya, klien terlihat lemas, klien terlihat dibantu saat
melakukan aktifitas, klien terlihat tidak nafsu makan, klien terlihat pucat,
klien terlihat nyeri saat batuk, klien terlihat meringis kesakitan pada
pungungnya, klien terlihat menguap, klien terlihat hanya menghabiskan ½ porsi
makannya, batuk klien terlihat berdahak, dahak klien terlihat berwarna hijau
dan kental, pernafsaan klien terdengar ronkhi, nafas
klien terlihat dangkal dan pendek, klien terlihat cemas, klien terlihat mual,
klien terlihat muntah 1x seharian, mukosa bibit klien terlihat kering, bantung
mata klien terlihat hitam. Setelah dilakukan tidakan keperawatan mandiri
diketahui Tanda–tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernapasan 28 x/menit, suhu 38,70C. Hasil laboratorium tanggal 01
Juni 2015 jam 15.33 WIB yaitu hemoglobin 16,5 gr/dL (12,5-16,0 gr/dl),
leukosit 10.250
mg/dl (4,00-10,50 10ˆ3/µl), hematocrit 40,1%
(37,0-47,0%), trombosit 366.000 mg/dL (182-369 10ˆ3/µl).
klien terpasang infus asering 20 tetes/menit, klien mendapat oksigen 2 liter, klien
mendapatkan obat terapi Antipyretic : ASA 600 mg secara oral 4 jam dan
Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM, klien terpasang infus ringer laktat
20 tetes/menit, Ranitidin
2x 10gr, Flexatide atrovent 3x1 dan Paracetamol 3x1 tab, inhalasi dengan obat
combivent 2,5 mg, diet yang didapat klien TKTP
1900 kalori.
8. Analisa Data
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
Data
Subyektif:
a.
Klien
mengatakan pusing
b.
Klien
mengatakan sakit kepala
c.
Klien
mengatakan saat dirumah suhu tubuhnya 38˚C
d.
Klien
mengatakan badannya terasa panas
e.
Klien
mengatakan panasnya sudaj 3hari
Data Obyektif
a.
Tubuh
klien teraba panas
b.
Klien
terlihat lemas
c.
Klien
terlihat pucat
d.
Tanda
tanda vital klien suhu 38,7˚C
|
Peningkatan suhu tubuh
|
|
2.
|
Data subyektif
a. Klien
mengatakan sesak nafas
b. Klien
mengatakan batuk sejak 5 hari yang lalu
c. klien
mengatakan dibelakang rumah nya terdapat kandang ayam
d. Klien
mengatakan batuknya terdapat sputum
Data Objektif :
1. klien
mengata batuknya terdapat sputum
2. Klien
terlihat sesak
3. Klien
terlihat menggunakan otot bantu pernafasan
4. Nafas
klien terlihat dangkal dan pendek
5. Sputum
klien berwarna hijau dan kental
6. Nafas
klien terdengar rhonki
7. Tanda–tanda
vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 30 x/menit,
suhu 380C
8. Klien
mendapat inhalasi combivent 2,5 mg
|
Gangguan bersihan jalan nafas tidak
efektif
|
Produksi sputum yang berlebih
|
2
|
Data
Subyektif:
a. Klien juga mengatakan mengalami
nyeri pada otot dan sendi.
b. Klien mengatakn nyeri akan semakin
terasa apabila kakinya digerakan atau dipegang.
c. Nyeri terasa seperti di
tusuk-tusuk pada kaki kiri dan kanan, nyeri menjalar dari lutut sampai ujung
kaki.
d. rasakan hilang timbul dengan durasi
5 menit.
e. Klien megatakan badaya lemas
Data
Obyektif
a. Skala nyeri 2
b. Klien terlihat dibantu oleh
keluarga saat melakukan aktifitas
c. Klien terlihat menringis kesakitan
d. Klien terlihat kesulitan bergerak
karna nyeri dan sesak nafas
|
Resiko
Intoleransi aktifitas
|
nyeri
|
B.
Diagnosa
Keperawatan
Dari analisa data
diatas didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tanggal
ditemukan : Selasa, 02 Desember 2015
Tanggal
teratasi : Kamis, 04 Desember 2015
2. Gangguan bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan produksi sputum yang berlebihan
Tanggal
ditemukan : Selasa, 02 Desember 2015
Tanggal
teratasi : Rabu, 03 Desember
2015
3. Resiko Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan nyeri
Tanggal
ditemukan : Selasa, 02 Desember 2015
Tanggal
teratasi : Rabu, 03 Desember
2015
C.
Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi
1. Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan masalah
peningkatan suhu tubuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil: suhu
tubuh kembali normal 36-37,5˚C , tadan-tanda infeksi tidak terjadi, dan ttanda-tanda
vital dalam batas normal:tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-80x/menit,
pernapasan 18-20x/menit, suhu 36-37,50C.
Perencanaan:
Mandiri
a. Kaji
tanda-tanda vital
Resional: mengetahui
perubahan suhu tubuh
b. Beri
kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal
bila terjadi panas
Rasional: melanccarkan
aliran darah dalam pembuluh darah
c. Anjurkan
klien untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti katun
Rasional: menjaga
kebersihan badan
Kolaborasi
d. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
Rasional: menurunkan
panas
Pelaksanaan
Selasa,
02 Desember 2015
Jam
09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital.
Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C.
Jam 09.45 WIB. Memberi kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah
tempora. Respon:klien mengatakan nyaman . Jam 09.50 WIB. Menganjurkan klien
untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti bahan katun.
Respon:klien terlihat mengggunakan kaos berbahan katun. Jam 12.00 WIB.
Memberikan obat antipiretik paracetamol 500mg. Respon: klien terlihat
menghabiskan 1 tablet.
Evaluasi
Rabu,
03 Desember 2015
Jam
07.40 WIB
S:
1. Klien
mengatakan badannya terasa tidak terlalu panas lagi
2. Klien
mengatakan tidak terlalu pusing lagi
O:
1. Tubuh
klien teraba hangat
2. Klien
terlihat lebih nyaman
3. Tanda-tanda
vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu
38,20C
4. Klien
mendapatkan obat antipiretik, oral: paracetamol 500 mg.
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P:
Pertahankan intervensi 1,2,3,4
Pelaksanaan
Rabu
03 Desember 2015
Jam
09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital.
Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 380C.
Jam 09.45 WIB. Memberi kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah
tempora. Respon:klien mengatakan nyaman . Jam 09.50 WIB. Menganjurkan klien
untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti bahan katun.
Respon:klien terlihat mengggunakan kaos berbahan katun. Jam 12.00 WIB.
Memberikan obat antipiretik paracetamol 500mg. Respon: klien terlihat
menghabiskan 1 tablet.
Evaluasi
Kamis,
04 Desember 2015
Jam
08.20 WIB
S:
1. Klien
mengatakan badannya terasa tidak terlalu panas lagi
2. Klien
mengatakan tidak terlalu pusing lagi
O:
3. Tubuh
klien teraba hangat
4. Klien
terlihat lebih nyaman
5. Tanda-tanda
vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 85x/menit, pernapasan 26x/menit, suhu 380C
6. Klien
mendapatkan obat antipiretik, oral: paracetamol 500 mg.
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P:
Pertahankan intervensi 1,2,4
Pelaksanaan
Kamis
04 Desember 2015
Jam
09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital. Respon:tekanan
darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 37,50C.
Jam 09.45 WIB. Memberi kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah
tempora. Respon:klien mengatakan nyaman. Jam 09.50 WIB. Menganjurkan klien
untuk menggunakan yang dapat menyerap keringat seperti bahan katun.
Respon:klien terlihat mengggunakan kaos berbahan katun. Jam 12.00 WIB.
Memberikan obat antipiretik paracetamol 500mg. Respon: klien terlihat
menghabiskan 1 tablet.
Evaluasi
Kamis,
04 Desember 2015
Jam
08.20 WIB
S:
1. Klien
mengatakan badannya terasa tidak terlalu panas lagi
2. Klien
mengatakan tidak terlalu pusing lagi
O:
3. Tubuh
klien teraba hangat
4. Klien
terlihat lebih nyaman
5. Tanda-tanda
vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 380C
6. Klien
mendapatkan obat antipiretik, oral: paracetamol 500 mg.
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi 1
2. Gangguan bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan produksi sputum yang berlebihan
Tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan masalah
bersihan jalan nafas
tidak efektif dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan jalan nafas dengan
bunyi nafas bersih atau jelas, bunyi nafas kelien kembali normal yaitu
vesikuler, produksi sputum klien kembali normal
Perencanaan
Mandiri
a.
Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal
mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme
bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan
adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis);
bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi
napas (asma berat).
b.
Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio
inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya
proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
c.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman seperti posisi semi
fowler
rasional : peninggian kepala tempat
tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien
dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas.
Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
d.
Dorong/bantu latihan napas abdomen.
Rasional : Memberikan pasien
beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan
udara.
Kolaborasi
e.
Kolaborasi dengen dokter dalam pemberian obat seperti
inhalasi dengan obat combivent
Rasional: membersihkan sputum
Pelaksanaan
Selasa,
03 Desember 2015
Jam
09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital.
Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C.
Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi nafas klien rokhi.
Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien mengatakan
nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan
combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Rabu,
03 Desember 2015
Jam
08.15 WIB
S:
1. Klien
mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
2. Klien
mengatakan tidad sesak lagi
O:
1. Bunyi
nafas klien rochi
2. Klien
terlihat lebih nyaman
3. Tanda-tanda
vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu
38,20C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P:
Pertahankan intervensi 1,2,3,4
Pelaksanaan
Rabu,
02 Desember 2015
Jam
09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital.
Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C.
Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi nafas klien rokhi.
Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien mengatakan
nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan
combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Kamis,
04 Desember 2015
Jam
08.15 WIB
S:
3. Klien
mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
4. Klien
mengatakan tidad sesak lagi
O:
4. Bunyi
nafas klien rochi
5. Klien
terlihat lebih nyaman
6. Tanda-tanda
vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu
38,20C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P:
Pertahankan intervensi 1,2,3,4
Pelaksanaan
Kamis,
04 Desember 2015
Jam
09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital.
Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C.
Jam 19.35 WIB. Mengaskultasi bunyi nafas klien. Respon: bunyi nafas klien vesikuler.
Jam 09.55 WIB. Memberikan posisi semi fowler pada klien. Respon:klien mengatakan
nyaman dengan posisinya. Jam 12.00 WIB. Memberikan obat inhalasi dengan
combivent 2,5 ml. Respon: klien mengatakan tidak sesak lagi
Evaluasi
Jumat,
05 Desember 2015
Jam
08.15 WIB
S:
5. Klien
mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
6. Klien
mengatakan tidad sesak lagi
O:
7. Bunyi
nafas klien rochi
8. Klien
terlihat lebih nyaman
9. Tanda-tanda
vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu
37,50C
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P: Pertahankan intervensi 1,2,3,4
3. Resiko Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan nyeri
Tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan kepada Tn. R selama 3x24 jam, diharapkan masalah
Intoleransi aktifitas
dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan aktifitas
secara mandiri, klien tidak merasa nyeri, skala nyeri klien 0, nyeri klien
berkurang
Perencanaan
Mandiri
a. Kaji
tanda–tanda vital klien selama dan sesudah beraktivitas
Rasional:mengetahui
keadaan umum klien
b. Kaji
respon klien sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional:mengetahui
reaksi klien sewaktu melakukan aktivitas dan tidak
c. Kaji
adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Rasional:mengetahui
pembatasan aktivitas pada klien
d. Ajarkan
klien nafas dalam
Rasional: mengurangi
saras nyeri
e. Bantu
aktivitas klien yang diperlukan
Rasional:meminimalkan
kelelahan
Pelaksanaan
Selasa,
02 Desember 2015
Jam
09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital.
Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C.
Jam 11.35 WIB. Mengkaji respon klien sebelum dan sesudah aktivitas. Respon:
klien mengatakan sesak saat beraktifitas berat. Jam 09.55 WIB. Mengkaji adanya
faktor yang menyebabkan kelelahan. Respon:klien mengatakan nyeri dan sesak saat
bergerak. Jam 11:05 WIB. Mengajarkan klien nafas dalam. Respon: klien nyerinya
berkurang. Jam 12.35 WIB. Membantu klien kekamar mandi. Respon: klien terlihat
tidak nyeri saat berjalan kekamar mandi
Evaluasi
Rabu,
03 Desember 2015
Jam
08.40 WIB
S:
1. Klien
mengatakan sesak saat beraktifitas berat
2. Klien
mengatakan nyeri saat bergerak
O:
1. Klien
terlihat tidak terlalu nyeri lagi
2. Klien
terlihat memegangi dadanya
3. Tanda-tanda
vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 30x/menit, suhu
38,20C
4. Skala
nyeri klien 2
A: Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P:
Pertahankan intervensi 1,2,3,4
Pelaksanaan
Rabu,
03 Desember 2015
Jam
09.30 WIB. Mengkaji tanda-tanda vital.
Respon:tekanan darah 120/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 80x/m, suhu 38,70C.
Jam 11.35 WIB. Mengkaji respon klien sebelum dan sesudah aktivitas. Respon:
klien mengatakan tidak sesak lagi. Jam 09.55 WIB. Mengkaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan. Respon:klien mengatakan tidak terlalu nyeri dan sesak
saat bergerak. Jam 11:05 WIB. Mengajarkan klien nafas dalam. Respon: klien nyerinya
berkurang. Jam 12.35 WIB. Membantu klien kekamar mandi. Respon: klien terlihat
tidak nyeri saat berjalan kekamar mandi
Evaluasi
Kamis,
04 Desember 2015
Jam
08.20 WIB
S:
1. Klien
mengatakan tidak terlalu sesak saat beraktifitas berat
2. Klien
mengatakan nyeri saat bergerak
O:
1. Klien
terlihat tidak terlalu nyeri lagi
2. Klien
terlihat memegangi dadanya
3. Tanda-tanda
vital:tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 83x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 380C
4. Skala
nyeri klien 1
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi 1
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit flu burung atau flu unggas
(Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung bisa menular ke
manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi
flu burung. Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari
manusia ke manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan
bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses
unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena
menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk
melalui pakan ternak). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk
sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada
saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.
B. Saran
Kita sebagai perawat
hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat kepada masyarakat
mengenai penyakit flu burung, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang
cukup tentang tanda-tanda yang akan muncuul ketika seseorang terinfeksi virus
H5N1 dan segera membawa ke rumah sakit dan diharapkan
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dan pengobatan dengan baik agar
tidak terjadi infeksi yang lebih berat. Selain itu sebagai
tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan
pencegahan penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan faktor penyebab dengan
kolaborasi tenaga kesehatan lain, pemerintah serta
kerjasama dengan masyarakat.
Daftar Pustaka
Doengoes,M.E.2008.Rencana
Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perwatan
pasien.Jakarta: EGC
Muttaqin,Arif.2008.Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Padila.2012.Buku
ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat,A.A.Aziz.2006.Pengantar
kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi konsep & Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba
Medika
Nanda
Internasional.2010.Diagnosa Keperawatan:Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta:EGC
Best Casinos in San Francisco | Mapyro
BalasHapus› restaurants › mo › restaurants › mo What is the best casino in San Francisco? Casino Name, Casino 울산광역 출장안마 Name, Casino, California, State, Bonus Codes. Casino City. 논산 출장샵 Casino Name, Casino, 경산 출장샵 California, State, Bonus Codes. Casino City. Casino Name, Casino, California, State, Bonus Codes. Casino City. 천안 출장마사지 Casino Name, Casino, California, State, Bonus 여수 출장안마 Codes. Casino City. Casino Name, Casino, California, State, Bonus Codes. Casino City. Casino City. Casino City. Casino City.